Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Proses penalaran ini disebut Deduksi.

Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi.
Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.

Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.

Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.

  1. Menarik Simpulan secara Langsung
    Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.

    Misalnya:
    • Semua S adalah P. (premis)
      Sebagian P adalah S. (simpulan)

      Contoh:
      Semua ikan berdarah dingin. (premis)
      Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
    • Tidak satu pun S adalah P. (premis)
      Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)

      Contoh:
      Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
      Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
    • Semua S adalah P. (premis)
      Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

      Contoh:
      Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
      Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
    • Tidak satu pun S adalah P. (premis)
      Semua S adalah tak-P. (simpulan)

      Contoh:
      Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
      Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
    • Semua S adalah P. (premis)
      Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
      Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)

      Contoh:
      Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
      Tak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)
      Tidak satu pun yang tak berbelalai adalah gajah. (simpulan)


  2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
    Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data.
    Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan.
    Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.

    Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini,
    kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuanyang semua orang sudah tahu,
    umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.

    Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
    • Silogisme Kategorial

      Yang dimaksud dengan kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayordan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

      Contoh:
      Semua manusia bijaksana.
      Semua polisi adalah bijaksana.
      Jadi, semua polisi bijaksana.

      Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.

      Contoh:
      Semua manusia tidak bijaksana.
      Semua kera bukan manusia.
      Jadi, (tidak ada kesimpulan).

    • Silogisme Hipotesis

      Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membernarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulan juga menolak konsekuen.

      Contoh:
      Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
      Besi dipanaskan.
      Jadi, besi memuai.
      Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
      Besi tidak dipanaskan.
      Jadi, besi tidak akan memuai.

    • Silogisme Alterntif

      Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

      Contoh:
      Dia adalah seorang kiai atau profesor.
      Dia seorang kiai.
      Jadi, dia bukan seorang profesor.
      Dia adalah seorang kiai atau profesor.
      Dia bukan seorang kiai.
      Jadi, dia seorang profesor.

    • Entimen

      Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

      Contoh:
      Semua sarjana adalah orang cerdas.
      Ali adalah seorang sarjana.
      Jadi, Ali adalah orang cerdas.

      Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.


Sumber :
http://www.mahapekabanten.org/blog-203-makalah-bahasa-indonesia-penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif.html

Comments